Apa kabar ladies? Apa kabar hati dan jiwa anda hari ini?
Adakah yang terluka karena menanti tanpa kepastian, ataukah ada yang kecewa karena kenyataan yang tak seindah harapan?
Kalau iya, selamat!
Hati anda sudah dalam proses pendewasaan.
Sebenarnya, hampir semua jiwa yang merasakan cinta pernah berada di posisi itu. Bahkan saya sendiripun pernah, bahkan berkali-kali.
Sering orang lain berkata,
‘Belajarlah dari pengalaman. Masa sudah jatuh di lumpur, mau jatuh lagi!’
Yah.. kalau saja cinta adalah rasa yang bisa diatur komposisinya, dari awal sudah dilakukan pasti.
Mengatur komposisi sayang, rindu dan harapan di dalamnya, dan mengatur rasa sakit ketika terkhianati oleh orang yang dicintai. Andaikan rasa cinta seperti itu, dunia ini mungkin akan bebas dari manusia galau dan patah hati.
Tapi sayang, kenyataan tidak begitu. Kita yang sedang mencintai, takkan pernah mampu mengatur komposisi dari rasa cinta itu sendiri. Ada yang berlebihan dengan kasih sayang, ada yang berlebih pada kerinduan, dan semua itu adalah rasa yang sulit untuk diatur.
Kita takkan bisa menentukan dengan siapa kita akan jatuh cinta, dan kita tidak bisa menentukan bahwa dia yang kita cintai akan bersama kita untuk selamanya. Takdir kadang selucu itu, dia menaruh cinta di hati untuk seseorang yang tak menaruh hati sedikitpun kepada kita. Jika bertanya, kenapa takdir selucu itu, mungkin jawabannya adalah karena kita sedang berada di dunia, tempat bermain dan bercanda. Hanya saja, kenapa rasa cinta yang tak terbalaskan itu tak selucu dengan bayangan yah.
Bukankah harusnya ada tawa disana? Bukan malah rasa sakit dan air mata.
Mencintai kadang menjadi sebuah anugerah, kadang juga menjadi sebuah ujian. Kita tidak pernah tau, rasa cinta yang sedang menyapa ini akan membawa kita ke situasi dan kondisi seperti apa. Semua akan nampak sesuai dengan bagaimana kita memperlakukan cinta yang datang bertamu.
Apakah kita akan melayani tanpa rasionalitas ataukah menahannya untuk berjaga.
Sekuat apapun anda, sehebat apapun anda, pasti takkan bisa menahan rasa cinta yang hadir. Tetap akan ada kesedihan, kebahagiaan, kecewa, yang pasti dirasakan ketika mencintai seseorang. Kenapa?
Karena ada serentetan harapan dan tuntutan rasa yang kita alamatkan ke orang yang kita cintai, dimana harapan dan tuntutan itu bukan sesuatu yang wajib diwujudkan oleh mereka. Entah cinta yang salah alamat ataukah kita yang salah menanggapi. Kemungkinan itu selalu beriringan, bahkan hampir tak bisa dipisahkan.
Bisa mencintai dan dicintai balik, itu suatu anugerah, hadiah dan rezeki luar biasa dari Tuhan. Untuk siapapun kalian yang berada di situasi itu, bersyukurlah. Anda tak perlu lagi bedagang hanya tuk menyusun kalimat dalam bentuk pesan untuk seseorang yang dicintai, tak perlu lagi menunggu sesuatu yang tak pasti, tak ada waktu yang habis hanya untuk stalking sosial media dia, karena yah sudah jelas bahwa cinta anda terbalaskan.
Berbeda dengan kami, kaum yang menjadi langganan cinta tak terbalaskan. Mencintai selalu saja kepada orang yang tidak mencintai kita. Apa yang menjadikan hal tersebut menjadi suatu hal yang mengerikan, adalah ketika rasa sedih dan kecewa itu tak bisa dikendalikan.
Ada amarah yang menguasai, ada sakit yang menggerogoti, ada kepedihan yang menemani setiap hari, dan itu bukan sesuatu hal yang bisa disembuhkan hanya dengan kedipan mata. Ada waktu yang harus dihabiskan untuk menyembuhkan sedikit rasa sakit, ada wajah yang harus terus basah karena air mata, ada jari yang pedih karena memukul hati yang tak kunjung sembuh, dan ada jiwa yang jatuh karena depresi.
Cinta tak selalu berakhir baik, itu benar.
Valid sih menurutku, keseringan berakhir seperti itu ketimbang berakhir baik dan bahagia. Seakan-akan cinta dengan happy ending adalah hal paling langka dalam kehidupan.
Cinta mungkin akan berakhir indah pada waktunya, hanya saja kita tak tahu kapan waktu itu akan datang.
Untuk ladies yang masih terluka karena cinta, saya hanya ingin menyampaikan, bahwa kalian tidak sendiri. Jangan merasa terpuruk akan hal itu, memang sih, move on itu susah, tapi harus diingat bahwa masih ada nafas yang perlu dipertanggungjawabkan, ada impian yang harus dikejar.
Yang perlu dilakukan adalah, berdamai dengan diri sendiri, menerima dan mengiklaskan semua yang terjadi.
Kita hanya harus belajar untuk menikmati rasa itu.
Untuk bertahan, rasa itu memang harus dihadapi. Bukan dijauhi.
